Me and anything Around

Tentang keluarga, Jakarta, Indonesia, Islam, pekerjaan, dan semua yang ada di kepala

Wednesday, July 27, 2005

Mudahan2 dibaca ketika hati dingin

Mudahan2 dibaca ketika hati dingin, sebab saya sulit untuk menulis ini dengan benar tanpa resiko salah paham.

Saya nggak tau mesti mulai dari mana.

Setelah bertahun-2 kita berumah tangga, susah bagi kita untuk saling menjaga hati masing-2 agar tidak saling menyakiti. Ada saja tindakan saya yang tidak cocok dengan kamu, dan biasanya sikap kamu kemudian juga menyebabkan saya sakit hati.

Tapi yang bikin saya sangat kesal karena belakangan ini biasanya ribut karena sesuatu yang tidak nyata. Tampaknya kamu punya anggapan bahwa saya punya kecenderungan tidak setia, dan selalu coba main api kalau ada kesempatan. Saya merasa bahwa setiap pertanyaan dan perhatian kamu thd aktifitas saya semua didasarkan kekhawatiran kamu saya salah jalan.

Mungkin ini agak susah kamu terima. Akhirnya saya memutuskan bahwa saya harus mendasarkan barometer hidup saya pada prinsip saya sendiri. Saya harus bangun pedoman saya sendiri berdasarkan ajaran dan idealisme dulu, serta realita yang saya hadapi sekarang. Saya tidak bisa lagi mendasarkan aktifitas saya untuk menjaga perasaan kamu, karena dua hal. Pertama karena mungkin tidak mungkin untuk memahami kamu dan menyenangkan kamu selalu. Selalu ada saat tindakan saya membuat kamu tidak senang. Dan kalau kamu lagi tidak senang, justru memacu emosi saya yang destruktif.

Yang kedua karena saya merasa bahwa kamu punya persepsi bahwa saya tidak setia. Seolah-2 kamu memang menanti waktunya semua rahasia terbongkar dan bahwa anggapan kamu benar.  Dan kamu mencoba menghindari dengan pertanyaan-2 dan larangan-2 agar hal itu tidak terjadi. Tapi sebenarnya kamu justru bisa menjerumuskan saya.

Saya percaya bahwa persepsi akan menjadi reality. Kalo orang di-cap maling, dia akan jadi maling beneran justru karena semua orang menganggap begitu. Dan itu yang sedang kamu lakukan pada saya. Dan kalau patokan saya adalah membuat kamu senang, berarti menerima persepsi kamu dan menjadikannya sebagai persepsi saya.

Susah saya mengatakannya tanpa menyebabkan kamu salah paham. Bukannya saya tidak punya perasaaan, atau tidak peduli lagi sama kamu. Tapi saya harus mengurangi ketergantungan emosi saya sama kamu, karena kamu punya persepsi tidak benar ttg saya. Saya harus punya prinsip-2 sendiri, yang mungkin sesuai dengan kamu, mungkin juga tidak.

Lalu apakah kamu tidak boleh marah, protes, atau melarang tindakan saya ? Tentu saja boleh. Saya bukan orang yang kuat iman. Bisa saja saya melanggar prinsip saya sendiri. Dan kamu boleh saja melarang kelakuan saya, seperti dalam kasus saat ini. Tapi saya inginnya itu dilakukan bukan dengan persepsi bahwa saya sedang tidak setia / bermain api. Saya tidak bisa terima kalau kamu melarang saya pergi bareng dengan dia hanya karena kamu tidak suka, dan bahkan menuduh saya memang mencari-2 kesempatan untuk pergi bersama dia. Kalau caranya seperti itu bagaimana bisa saya terima dengan iklas.

Seperti masalah foto berdua di Bali, yang menurut kamu tidak pantas. Sebelumnya saya anggap itu tidak apa-2 karena masalah kepraktisan saja, tapi akhirnya saya bisa terima keberatan kamu, dan sekarang saya anggap itu tidak pantas. Tapi saya masih ingat kamu juga menuduh saya ada apa-2 dengan Elly.

Pokoknya ada 2 hal yang saya jaga selama ini. Saya tidak coba-2 main-2 dengan wanita lain, dan kedua saya coba tetap jujur ke kamu. Terus terang ini sulit, sebab lebih mudah saya bohong sedikit dan kamu tetap tenang, weekend kita tidak terganggu seperti sekarang.